CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 23 Desember 2008

RKP

KEGAGALAN PERNAPASAN
Oksigenasi bergantung pada jalan nafas yang bebas, usaha ventilasi yang adekuat untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru, dan difusi gas yang adekuat antara alveoli dan darah. Gangguan pada beberapa parameter ini dapat mengakibatkan kedaruratan pernapasan akut. Untuk semua pasien, prioritas pertama adalah mengamankan korban, mulai dengan jalan nafas kemudian pernafasannya. Jika sudah aman, masalah pernapasan spesifik lainnya dapat dicari (Purwadianto, Agus & Sampurna, Budi :2000).
Gangguan pernapasan sering kali dapar dideferensial berdasarkan bunyi nafas dengan auskultasi dan dapat digolongkan sebagai berikut (Bresler, Michael Jay : 2006) :
A. Obstruksi Aliran Udara
• Obstruksi jalan nafas bagian atas terutama mengganggu upaya bernafas dan ditandai dengan stridor inspirasi. Obstruksi dapat berasasl dari luar oleh benda asing atau dari dalam yang disebabkan oleh lidah, epiglotis, atau laring.
• Obstruksi jalan nafas bagian bawah terutama mengganggu ekspirasi dan ditandai dengan mengi ekspirasi. Bunyi nafas yang redup juga mungkin terjadi. Gangguan aliran udara di saluran nafas bagian bawah terjadi pada bronkospasme karena berbagai sebab, termasuk astma, anafilaksis, atau PPOK.
B. Cairan di Jalan Nafas
• Cairan kental di jalan nafas besar menyababkan buyi “tebal” pada auskultasi yang disebut “ronki”. Bunyi ini sering terdengar pada bronkitis.
• Cairan yang lebih encer di saluran nafas yang lebih kecil menyebabkan “ rales “. Bunyi ini terdengar pada pnemonia, edema paru, dan atelektasis.
C. Obstruksi Aliran Darah
Gangguan pada aliran darah tidak mengubah bunyi pernapasan sehingga bunyi pernapasan normal pada emboli paru.
D. Gangguan Pergerakan Pernapasan
• Hipoventilasi yang menyebabkan bunyi nafas melemah mungkin disebabkan oleh penurunan kesadaran atau koma karena berbagai sebab, termasuk overdosis obat, cedera kepala, hipoksia, atau penekanan pusat pernapasan karena pemberian oksigen berlebihan pada beberapa orang penderita PPOK.
• Hipoventilasi juga dapat timbul karena transeksi medulla spinalis sehingga vertebra torakal atau servikal yang menurunkan ventilasi dengan memutus persarafan ke otot-otot intercostal. Transeksil medulla spinalis servikal tinggi juga menyekat pergerakan diafragma dan mungkin menyebabkan henti nafas total.
• Hiperventilasi disebabkan oleh rangsangan ke pusat pernapasan di otak, seperti hipoksia, katakutan atau nyeri. Asidosis mentabolik menginduksi alkalosis respiratorik kompensatorik yang merupakan penyebab lain hiperventilasi. Kondisi yang dikenal sebagai “sindrom hipervebtilasi” disebabkan oleh kecemasan akut.
E. Gangguan di Ruang Pleura
• Bunyi nafas dapat meredup jika udara atau cairan masuk ke dalam ruang pleura.
• Pneumotoraks juga menyebabkan bunyi timpani pada perkusi.
• Cairan di ruang pleura menyebabkan pekak pada perkusi. Contohnya, hemotoraks, efusi pleura, dan empiema.
RESUSITASI KARDIOPULMONAR (RKP)
Resusitasi Kardio Pulmonar (RKP) merupakan prosedur darurat medis untuk korban penghentian jantung atau, sirkulasi tertentu, penangkapan pernapasan. KPR dilakukan di rumah sakit, atau dalam masyarakat dengan layperson atau oleh kegawatdaruratan profesional. RKP tidak mungkin membuat jantung memulai memompa darah, namun tujuan utamanya adalah menjaga aliran darah yang membawa oksigen ke otak dan jantung, sehingga menunda kematian jaringan dan memperbesar keberhasilan untuk menyadarkan tanpa adanya kerusakan otak. Defibrilasi dan Life Support biasanya diperlukan untuk memulai kembali jantung untuk beroperasi (www.an.Resuscitation_Cardiopulmonal/wiki/org.com).
BAGAIMANA RKP BEKERJA
RKP mungkin saja tidak dapat menyelamatkan korban meskipun di lakukan dengan sangat baik. Namun jika serangan jantung terjadi kurang dari empat menit dan defibrilasi dilakukan kurang dari sepuluh menit, maka korban memiliki kesempatan hidup 40% (www.firstaidwer.com, diakses pada 27 November 2008).
Untuk membantu pembelajaran RKP menjadi lebih mudah, maka dibuat system untuk memudahkan RKP untuk diingat. Yaitu A-B-C (www.firstaidwer.com, diakses pada 27 November 2008) :
• “A” adalah airway. Apabila korban tidak merespon, maka anda harus memastikan airway (jalan nafas) tidak terganggu. Lihat dengar dan rasakan semua tanda pernafasan. Apabila tetap tidak bernafas maka sesuatu mungkin menghambat jalan nafasnya. Lidah merupakan gangguan utama jalan nafas untuk beberapa orang. Baringkan korban terlentang ditempat yang rata.tempatkan tangan anda di dahi korban dan tangan yang satunya di ujung bawah dagu. Tekan dahi korban kebawah. Dalam posisi ini, dahi lebih rendah dari dagu sehingga lidah akan berpindah posisi dan tidak menghalangi jalan nafas. Apabila korban tetap tidak bernafas, maka anda harus menruskan langak kedua.
• “B” adalah Breathing atau pernafasan. Apabila jalan nafas korban sudah tidak terhambat, tetap buat agar posisi dagu lebih diatas. Lalu tekan hidungnya untuk mencegah udara keluar dan tempatkan mulut diatas mulut korban dengan rapat. Ketika membantu pernafasan korban, tetap perhatikan dadanya. Jangan sampai terlalu menginflasi paru-paru korban yang memungkinkan tekanan udara menuju keperut sehingga menyebabkan vomit. Apabila ini terjadi balikkan kepala korban kesamping untuk mengeluarkan udara. Berikan nafas penuh sebanyak dua kali dan biarkan paru-paru korban beristirahat diantaranya. Tempatkan telingamu di dekat mulut untuk mendengarkan helaan nafas dan perhatikan dadanya ketika korban mengeluarkan nafas. Apabila tetap tidak bernafas maka lakukan langkah ketiga.
• “C” adalah Circulation atau sirkulasi. Untuk meyakinkan agar korban bernafas, tempatkan dua jari pada arteri carotid diantara windpipe dan otot leher dan tekan untuk beberapa saat.
• Compression atau penekanan.
KOMPRESSI JANTUNG EKSTERNAL
Kompresi jantung eksternal sekarang diterima sebagai metode untuk merawat korban serangan jantung. Pada teknik ini dijelaskan, dengan beberapa tingkat emphasis akan menyebabkan trauma serius, apabila tidak dilakukan dengan baik. Ventilasi paru-paru adalah yang paling penting (www.pediatrics.com, diakses pada tanggal 27 Nov 2008).
Insiden serangan jantung meningkat , hal ini tejadi karena proporsi prosedur surgical jantung pada beberapa kelompok umur. Kemampuan bertahan tergantung dari beberapa factor. Yang paling penting adalah waktu sebelum perawatan dimulai, lokasi pasien ketika terkena serangan jantung, dan penyakit lain pasien. Kegunaan dari kompresi jantung eksternal adalah penundaan diminishes, membuat lokasi pasien tidaklah penting, dan mengurangi trauma pada masa kritis pasien. Tekanan darah yang dihasilkan oleh metode eksternal dapat dibandingkan dengan yang dapat dicapai oleh jantung pasien. Metode eksternal tidak menyebabkan trauma pada myocardium, dan tidak menyebabkan kelelahan pada orang yang mengoperasikan. (www.pediatrics.com, diakses pada tanggal 27 Nov 2008)

Komplikasi dari kompresi jantung eksternal disebabkan oleh tekanan dan tekanan di area yang salah pada dada namun dapat dihindari. Tekanan seharusnya dilakukan hanya pada bagian tengah sternum, tepat diatas proses xyphoid. Dua kasus kerusakan hati pada anak-anak menjadi contohnya, dan laporan tersebut menyimpulkan adanya hubungan dengan kesalahan spesifik pada teknik pelaksanaannya. (www.pediatrics.com, diakses pada tanggal 27 Nov 2008)
Adapun kompresi eksternal jantung berbeda pada setiap usia (www.an.kegawatdaruratanmedik/org.com, diakses pada tanggal 27 Nov 2008) :
1. Pada orang dewasa.
Kompresi jantung luar dilakukan dengan menekan daerah 2 inch diatas sternum dengan menggunakan dua tangan sejauh 3-5cm dan biasanya menggunakan bantalan tangan dan ditekan dengan tangan satunya yang penekanannya lebih kuat.
2. Pada anak-anak
Kompresi jantung dilakukan dengan menggunakan satu tangan 1 inch diatas processus sipoideus pada bagian sternum. Tangan yang menekan adalah tangan yang tekuat dan ditekan pada daerah sternum\ menggunakan bantalan tangan sejauh 2-3cm.
3. Pada bayi.
Pada bayi, kompresi dilakukan pada daerah sternum ½ inch dari processus sipoideus. Dengan menggunakan dua jari dan ditekan dengan kuat pada daerah sternum sejauh 1cm dan tangan satunya memegang kepala atas sambil mengekstensikannya.

0 komentar: