TES HARVARD
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya (http://www.an.Harvard_¬Step_T¬est/wiki/free_encyclopedia/org.com, diakses pada 5 November 2008).
Itu merupakan salah satu tes ketahanan kardiovaskuler. Tes ini menghitung kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa lelah. Subjek (orang yang meelakukan tes) melangkah naik dan turun pada papan setinggi 45 cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan. Kelelahan itu terjadi pada saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya dalam 15 detik. Subjek didudukkan dan merupakan akhir dari tes, dan denyut jantungnya kemudian dihitung dalam 1 sampai 1,5, 2 sampai 2,5, dan 3 sampai 3,5 menit. (http://www.an.Harvard_¬Step_T¬est/wiki/free_encyclopedia/org.com, diakses pada 5 November 2008).
Adapun cara untuk melakukan tes Harvard adalah sebagai berikut (http://www.an.Harvard_Test/wiki/org.com, diakses pada 5 November 2008) :
• Langkah di sebuah standar untuk olahraga hakim sekali setiap dua detik untuk lima menit (150 langkah)
• Memiliki seseorang untuk membantu Anda yang diperlukan untuk laju
• Satu menit setelah menyelesaikan tes Anda mengambil berdebar-debar menilai (BPM) - 1 Pulse
• Dua menit setelah menyelesaikan tes Anda mengambil berdebar-debar menilai (BPM) - Pulse 2
• Tiga menit setelah menyelesaikan tes Anda mengambil berdebar-debar menilai (BPM) - 3 Pulse
• Gunakan kalkulator di bawah ini untuk menentukan tingkat kebugaran
Analisis dari hasil dibandingkan dengan hasil tes sebelumnya. Diharapkan, pelatihan yang sesuai antara masing-masing tes, analisis akan menunjukkan peningkatan. Menggunakan tiga detak nadi Anda menilai tingkat kebugaran dapat ditentukan sebagai berikut (http://www.an.Harvard_Tes/wiki/org.com, diakses pada 5 November 2008):
• Hasil ÷ = 30.000 (pulse1 + pulse2 + pulse3)
Selain cara tersebut adapun cara tes Harvard yaitu dengan naik dan turun tangga secara kontinu selama beberapa menit. Kegiatan ini akan meningkatkan denyut nadi orang yang melakukunnya sehingga dari denyut nadi tersebut dapat diukur Indeks Kesanggupan Badan (IKB) nya yakni dengan menggunakan pengukuran (http://www.an.Harvard/tes kesanggupan_Tubuh/wiki/org.com, diakses pada 5 November 2008):
T x 100
IKB =
2 (P1 + P2 + P3)
Analisis tes IKB adalah dengan mengacu pada standar yakni IKB yang menunjukkan nilai < 55 menunjukkan kesanggupan kurang dan IKB yang menunjukkan nilai antara 55 sampai dengan 66 menunjukkan kesanggupan baik (http://www.an.Harvard/tes kesanggupan_Tubuh/wiki/orgcom, diakses pada 5 November 2008).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES HARVARD
Tes Harvard memiliki kelebihan dan kekurangannya, yakni (http://www.an.Harvard_¬Step_T¬est/wiki/fitness_testing/org.com, diakses pada 5 November 2008):
a. Kelebihan dari tes Harvard:
• Peralatan yang minim
• Mudah untuk diakukan
• Dapat dilakukan sendiri sendiri
b. Kekurangan dari tes Harvard:
• Tingkat stress yang tinggi
• Tidak boleh untuk anak-anak
• Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR)
• Hanya 60 hingga 80% korelasi dengan VO 2 max tes
SISTEM KARDIOVASKULAR DALAM LATIHAN
a. Anatomi jantung
Lokasi jantung adalah dalam cavum toraks, di atas diafragma, sisi luar dilapisi oleh lapisan pericardium,, untuk melindunginya. Jantung mengendalikan tekanan darah dan spirit, dan membuka hingga tongue. Jantung mengasosiasikan hubungan channel dengan intestine kecil, membentuk hubungan atau kerjasama interior-eksterior dengannya. Fungsi utama dari jantung adalah mengontrol tekanan darah dan aktivitas-aktivitas tubuh (mental) (Zaicong, Li. 2000. Basic Theory Of Traditional Chinese Medicine. Lujiang Press : China).
b. Aliran darah otot
aliran darah otot merupakan penentu umu akhir fungsi kardiovaskular dalam latihan mengangkut oksigen dan nutrisi ke otot. Dua hal dapat diperoleh dari penelitian ini : (1) Proses kontraksi actual itu sendiri secara temporer menurunkan aliran darah otot untuk sementara karena otot yang berkontraksi memeras pembuluh darah intramuscular; oleh karena itu, kontarksi otot tonik yang kuat dapat dengan cepat menyebabkan kelelahan otot akibat berkurangnya pengangkutan oksigen dan nutrisis yang cukup selama kontraksi yang terus-menerus. (2) Aliran darah ke otot selama latihan dapat sangat meningkat (Guyton dan Hall, 2000 : hlm 1349).
Jadi, aliran darah otot dapat meningkat maksimum kira-kira 25 kali lipat selama latihan paling berat. Hampir separuh dari kenaikan aliran ini merupakan akibat vasodilatasi intramuscular yang disebabkan oleh pengaruh langsung kenaikan metabolisme otot. Separuh penyebeb kenaikan lainnya sisebabkan oleh banyak factor, di mana yang paling penting mungkin kenaikan tekanan darah arteri dalam tingkat sedang yang terjadi selama latihan, biasanya naik kira-kira 30 persen. Kenaikan tekanan bukan saja memaksa lebih banyak darah melalui pembuluh darah, tetapi juga meregangkan dinding arteriole dan lebih lanjut menurunkan tekanan vascular. Oleh karena itu, kenaikan tekanan darah sebanyak 30 persen dapat meningkatkan aliran darah, lebih dari sekedar menggandakan; hal ini akan menambah kenaikan aliran yang besar yang telah disebabkan oleh vasodilatasi metabolic, paling sedikit dua kali lipatnya (Guyton dan Hall,2000 : hlm 1349-1350).
c. Curah kerja, konsumsi oksigen, dan curah jantung selama latihan.
Tidaklah mengejutkan bahwa semua ini berhubungan satu dengan yang lainnya secara langsung, seperti yang diperlihatkan oleh fungsi linear, karena curah kerja otot meningkatkan konsumsi oksigen, dan selanjutnya konsumsi oksigen akan melebarkan pembuluh darah otot, sehingga meningkatkan aliran balik vena dan curah jantung (Guyton dan Hall, 2000 : hlm 1349-1350).
Jadi, orang normal yang tidak terlatih dapat meningkatkan curah jantung sedikit di atas empat kali lipat, dan atlit yang terlatih baik daapat meningkatkan curah jantung sekitar enaam kali lipat. Pelari marathon telah terbiasaa dengan curaah jantung sebesar 35 sampai 40 liter/menit, tujuh sampai delapan kali nilai curah istirahat normal (Guyton dan Hall, 2000 : hlm 1350).
d. Pengaruh latihan pada hipertrofi jantung dan pada curah jantung
Dari paragraph sebelumnya jelas bahwa pelari marathon dapat mencapai curah jantung maksimum sekitar 40 persen lebih besardaripada yang dicapai oleh orang yang tidak terlatih. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa ruang jantung pelari marathon membesar kira-kira 40 persen.; bersama dengan pembesaran ruang tersebut, massa jantungpun meningkat 40 persen atau lebih. Oleh karena itu, bukan hanya otot rangka saja yang mengalami hipertrofi selama latihan atletik,tetapi juga jantung. Walaupun jantung pelari marathon lebih besar daripada orang normal, curah jantung selama istirahat pelari marathon hamper tepat sama dengan orang normal. Akan tetapi, curah jantung yang normal,ini dicapai dengan isi sekuncup yang besar pada denyut jantung yang menurun (Guyton dan Hall, 2000 : hlm 1350).
Jadi, efektivitas pompa jentung dari tiap denyut jantung adalah 40 sampi 50 persen lebih besar pada atlet yang sangat terlatih daripada orang yang tidak terlatih, tetapi terdapat penurunan denyut jantung yang berhubungan pada saat istirahat (Guyton dan Hall, 2000 : hlm 1351)
e. Peran isi sekuncup dan denyut jantung dalam meningkatkan curah jantung.
Kenaikan curah jantung akan memberi proporsi kenaikan denyut jantung lebih besar daaripada kenaikan isi sekuncup selama latihan yang berat. Isi sekuncup biasanya mencapai keadaan maksimum pada saat curah jantung baru meningkat setengah dari keadaan maksimumnya. Peningkatan curah jantung yang lebih lanjut akan terjadi dengan meningkaatkan denyut jaantung (Guyton dan Hall, 2000 : hlm 1351).
f. Hubungan kinerja kardiovsaskular dengan VO2 Maks.
Selama latihan maksimum, baik denyut jantung maupun si sekuncup meningkat sampai kira-kira 95 persen dari tingkat maksimumnya. Karena curah jantung sebanding dengan isi sekuncup dikali denyut jantung, terlihat bahwa curah jantung adalah sekitar 90persen dari keadaan maksimim yang dapat dicapai sesorang. Hal ini bedbeda dengan ventilasi paru maksimum yang kira-kira 65 persen. Oleh karena itu, seseorang dapat dengan mudah melihat bahwa system kardiovaskular secara normal lebih banyak membatasi Vo2 maks daripada system pernapasan, karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan system kardiovaskular menghantarkan oksigrn ke jaringan. Untuk alas an ini, sering dikatakan bahwa kinerja yang dapat dicapai oleh seorang pelari marathon terutama bergantung pada jantungnya karena jantung merupakan hubungan yang paling membatasi pengangkutan oksigen yang adekuat ke otot yang bekerja. Oleh karena itu, curah jantung yang lebih besar 40 persen, yang dapat dicapai oleh pelari marathon melebihi pria rata-rata yang tidak terlatih, munkin merupakan keuntungan fisiologis tunggal yang paling penting dari program latihan pelari marathon (Guyton dan Hall, 2000 : hlm :1351).
Selasa, 23 Desember 2008
TES HARVARD
Diposting oleh FiRhaZonA di 01.09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar